Rabu, 26 Desember 2012

Pengetahuan Dasar Karate di Dojo


 Pemahaman dan Pengetahuan Dasar Karate di Dojo, Hal-hal penting  yang harus diketahui Karateka selama di Dojo.

Pengelompokan Karateka dalam berbagai level ditujukan agar dapat  mendorong para murid untuk berlatih dan menghindari kejenuhan dalam latihan. Pengelompokan tingkat Karateka tersebut umumnya dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a.   Tingkat Kyu atau pemula ,mereka disebut Mudansha dan umumnya level ini dimulai dari bilangan besar (10 / 9) ke kecil (1/ 1) sebagai pembeda yang mengacu pada tingkat penguasaan akan substansi teknik dasar perguruannya. Penggunaan ikat pinggang dengan berbagai warna yang diadopsi oleh Gichin Funakoshi dari sistem Judō oleh Jigoro Kano lazim digunakan sampai saat ini sebagai pembeda tingkat, dan biasanya umumdimulai dengan warna putih bagi Kohai yang baru memulai  latihan.

b.    Tingkat Dan atau lanjutan / mahir , mereka disebut Yudansha  dan umumnya level ini di Shotokan dimulai dari bilangan kecil   ( 1 ) ke besar ( 9 / 10 ) sebagai pembeda yang lebih mengacu pada tingkat penguasaan jiwa lewat pemahaman teknik    berdasarkan substansi filosofi perguruannya.Warna ikat  pinggang yang paling umum dipakai adalah hitam (meskipun pada  beberapa ryu / aliran ada beberapa variasi warna yang dilakukan).Khusus  Yudansha ada banyak istilah yang lebih spesifik dalam hal  penyebutan nama, yaitu :

      i.  Sempai , berarti senior dalam bahasa Jepang.Umumnya di Shotokan  
        digunakan para Kohai untuk memanggil mereka yang memiliki jabatan  
        sebagai asisten pelatih/pelatih biasa dengan kualifikasi Kyu 3 ~ Dan 3.

      ii. Sensei , berarti guru dalam bahasa Jepang.Umumnya di Shotokan         
        digunakan untuk penyebutan Yudansha dengan kualifikasi Dan IV
        ~ V atau pelatih kepala.

      iii. Renshi , berarti guru ahli / utama dalam bahasa Jepang.Umumnya di 
         Shotokan digunakan untuk penyebutan Yudansha dengan kualifikasi  
         Dan  VI ~ VIII.Istilah lain adalah Dai Sensei atau Kyoshi.

      iv. Shihan , berarti guru besar / mahaguru dalam bahasa          
         Jepang.Umumnya  di Shotokan digunakan untuk penyebutan Yudansha  
         dengan  kualifikasi Dan IX ~ X . Istilah lain adalah  Hanshi.

     v. Beberapa varian lain untuk pemimpin tertinggi   perguruan dalam seni 
        beladiri Jepang adalah : Menkyo, Kaiden, Osho, Soke, Doshu, Taisho,
        Sosho, O Sensei, Kaiso, Shodai, Kaicho, Kancho, Meijin (lihat majalah
        Jurus no. : 07  tahun 1999, halaman 20-21)

2.   Sarana penunjang latihan ; yang dimaksud disini yaitu :

a.   Pakaian : pada awalnya di Okinawa tidak ada pakaian khusus untuk berlatih ilmu beladiri apapun , bahkan dalam beberapa foto dokumentasi dari abad 19 terlihat para praktisi ilmu beladiri hanya mengenakan celana saja tanpa baju. Baru setelah mereka berinteraksi dengan disiplin ilmu beladiri Jepang lainnya diawal abad 20 (dipelopori Gichin Funakoshi yang mengunjungi Dōjo Kodokan milik Jigoro Kano) hal tersebut dapat diseragamkan hingga kini dengan memodifikasi seragam Judō yang telah ada. Pakaian untuk berlatih ini disebut sebagai Karate-gi atau Dō-gi atau Keiko-gi, terdiri atas semacam jaket berlapis dua(Uwagi ) dan celana panjang longgar (Zubon) yang berwarna putih ; serta sebuah ikat pinggang tebal dari kain yang dijahit rangkap ( Obi ) yang dililitkan dua kali dan berwarna sesuai tingkatan yang dicapai penyandangnya ( lihat pembahasan SubBab  diatas ! ).Bahan yang paling baik untuk digunakan adalah jenis kain kanvas yang tidak terlalu tebal seperti halnya bahan kanvas pada seragam Judō , namun memiliki daya tahan yang sama.Agaknya pakaian ini memang sangat berperan besar dalam perkembangan Karate keseluruh penjuru dunia, karena ia memiliki semacam keluwesan tersendiri sehingga terbukti bisa dengan mudah beradaptasi secara universal bagi para praktisi yang berasal dari belahan dunia manapun atau unsur etnis maupun religius apapun juga. Dewasa ini sesuai perkembangan mode dan teknologi pertekstilan telah banyak diciptakan karate-gi dengan model, bahan dan bahkan warna yang berbeda dengan model asli tradisional Jepang (terutama sekali terjadi pada Karate di Amerika & Eropa ). Namun bahan yang terbukti paling baik adalah yang berbahan dasar katun yang telah teruji dalam penyerapan keringat selama berlatih.Tercatat nama Tokaido sebagai salah satu perintis awal dan produsen karate-gi bermutu yang paling dikenal luas di dunia.

b.   Tempat : disebut Dōjo yang berarti “tempat untuk mempelajari” dalam bahasa Jepang, dan pada jaman lampau lebih mengacu pada arti “aula untuk bermeditasi dalam kuil”.Dalam sebuah Dōjo tradisonal di Jepang ada banyak aturan yang sangat mengikat dan penuh tatakrama lama, seperti penempatan altar dan Kamiza(tempat duduk khusus untuk guru) serta penggunaan Tatami (matras) dan Zori (sandal khusus dari kayu & jerami). Inilah agaknya hal yang mendasari kesakralan eksistensi sebuah Dōjo secara mistis religius bagi para penganut paham Karate Tradisional yang konservatif pada akar budaya Sino- Jepang ; suatu persepsi yang mendapat penentangan keras dari praktisi  Karate-dō di dunia Barat yang sangat anti pada sesuatu yang bersifat irasional & non-logika.Bahkan saat ini banyak para guru besar berpengaruh asal Jepang sendiri seperti Hirokazu Kanazawa dan Hitoshi Katsuya yang secara tegas berani menolak penerapan sistem Dōjo lama (Shiai-jo) tersebut.Bagaimanapun juga secara umum dewasa ini sebuah Dōjo sudah dapat dikatakan memenuhi syarat standar apabila memiliki luas yang cukup, berlantai datar, berdinding dengan ventilasi yang cukup dan memiliki atap yang agak tinggi.Tentunya hal diatas harus dibarengi dengan kebersihan dan kenyamanan serta beberapa sarana lain yang bersifat tambahan sesuai kebutuhan.

c.   Alat : tidak ada suatu jenis alat khusus apapun yang harus dipakai dalam sebuah latihan Karate . Penggunaan alat tradisional Jepang seperti Makiwara (semacam samsak) lebih dikarenakan faktor kebiasaan setempat . Terbukti kini sangat banyak model alat yang sangat sukses dipakai sebagai penunjang program latihan yang menekankan pada penerapan fungsi ilmu faal dan  anatomi tubuh secara tepat dengan inovasi yang berteknologi modern yang telah teruji.

3.   Program – program permanen ; yang dimaksudkan disini adalah rangkaian / proses kegiatan yang harus ada dan berlangsung secara berurutan dalam sebuah latihan Karate-do dalam Dōjo .Sesuai aslinya yang berdasarkan prinsip standar ajaran Budō (seni beladiri Jepang) maka minimal ada delapan buah proses wajib dalam sebuah latihan formal seni beladiri Karate-dō yang mana pemaparan proses – proses tersebut dijelaskan dengan urutan sebagai berikut di bawah ini :

a. Rei-Shiki /Upacara /Tradisi penghormatan pembuka
b. Taisō / Senam / Stretching pembuka
c. Kihon
d. Kata
e. Kumite
f. Mondo / Diskusi tentang materi latihan
g. Taisō penutup
h. Rei-Shiki penutup

a.    Rei-Shiki pembuka dan penutup sama bentuknya, biasanya peserta duduk dengan posisi Sei-za / Za-zen(di Jepang orang lebih mengutamakan posisi duduk “ala tukang jahit “ karena dianggap lebih sopan dibandingkan posisi duduk “ala bunga teratai”) dalam beberapa lajur sesuai tingkatan. Lalu diawali dengan pembacaan Dōjo-Kun & Niju-Kun (diIndonesia diganti dengan Sumpah Karate), melaksanakan Mokuto (mengheningkan / mengonsentrasikan / merelaksasikan pikiran, bukan makuso / mokuso untuk pengucapannya ! )danterakhir melakukan Shomen-Ni-Rei (penghormatan terhadap yang ada di depan peserta Rei-Shiki, di Jepang hal ini mengacu pada Mufudakake / papan kayu kecil di dinding utama sebuah Dōjo yang berisikan nama – nama para pendiri / guru dari ryu tersebut. Di Indonesia hal ini diganti dengan bendera negara dan lambang perguruan).Semua proses itu dilakukan secara bersama – sama. Selanjutnya barulah dilakukan Sensei-Ni-Rei(penghormatankepada guru) , lalu Otagai-Ni-Rei (penghormatan terhadap sesama peserta Rei-Shiki) dan terakhir Dōjo-Ni-Rei (penghormatan kepada Dojo).Semua bagian Rei-Shiki ini dilakukan dengan posisi Za-Rei (penghormatan sambil duduk), diiringi pengucapan kata OSH yang merupakan salam resmi hampir semua perguruan Budō di Jepang.

B.    Mondo ; arti sebenarnya adalah pertemuan resmi antara guru dengan para siswanya dalam sebuah Dōjo yang berasal dari tradisi kuno Zen (sekte utama agama Budha di Jepang).Disini dibahas lewat dialog maupun diskusi tentang pokok bahasan latihan yang telah diberikan. Pada tradisi aslinya para guru akan mengakhiri dengan sebuah Koan / frasa singkat yang tak memiliki arti logis namun lebih pada nilai filosofis.


Sumber: Artikel diambil dari buku-buku PBFORKI

Senin, 17 Desember 2012

Cara Cerdik Mensiasati Latihan Fisik Karate dalam Aktivitas Pekerjaan Sehari-hari


Teknik menyusupi Aktivitas Kesibukan Sehari-hari  dengan latihan Fisik Karate

Latihan atau olahraga  fisik merupakan bagian penting dari berlatih seni beladiri Karate. Karena Olah raga Fisik yang sifatnya meningkatkan kekuatan otot kita, daya tahan tubuh kita, kelincahan, dan kecepatan tubuh  sangat diperlukan untuk menunjang,  mendukung dan melengkapi  keterampilan seni beladiri kita khususnya Karate. Latihan Kihon(teknik gerakan dasar) dan jurus (Kata) tanpa disertai dengan kekuatan fisik yang bagus dan memadai, tentu pelaksanaannya akan tumpul dilapangan. Sekarang bagaimana bisa orang yang bagus dibidang teknik dan jurus ternyata harus berhadapan dengan lawan yang kuat atau banyak. Lawan yang kuat atau berjumlah banyak tentunya memerlukan stamina yang kuat/prima  untuk menghadapinya. Jika fisik kita lemah, mungkin 2-3 menit kita masih menang, bagaimana jika 5 sampai 6 menit bertarung tentu kita jadi lemas, nafas kita jadi habis dan tubuh tidak bisa digerakkan, dan ini peluang musuh untuk mengalahkan kita. Selain itu olahraga fisik juga bermamfaat untuk kesehatan kita juga, kita menjadi lebih ceria, tahan penyakit, dan fisik semakin fit dan prima.  Masalahnya tidak semua orang mampu menggabungkan sekaligus antara latihan fisik dengan latihan teknik dan jurus.  Walaupun latihan Teknik/jurus dan olahraga fisik satu paket dalam Karate tetapi dalam pelaksanaannya di lapangan, banyak orang ada yang melakukan latihan jurus saja tanpa disertai dengan latihan fisik ataupun sebaliknya (latihan fisik tanpa disertai oleh latihan jurus).   Alasan mereka tidak menggabungkan kedua latihan tersebut apalagi kalau bukan karena SIBUK alias TIDAK SEMPAT. Kalau Atlit mungkin tidak masalah, dia dapat menggabungkan antara latihan fisik dan teknik/jurus karena memang focus  pekerjaan dia memang full disitu.   Lain halnya kalau seorang karyawan/pegawai , wiraswastawan,    yang sebagian besar waktunya habis untuk bekerja di kantor dan dirumah. Waktu yang dia miliki untuk latihan Karate sangat amat sedikit , apalagi untuk latihan fisik rasanya hampir tidak mungkin.    Jadi bagaimana solusinya? Solusinya adalah dengan mensiasati pekerjaan/kesibukan sehari-hari kita dengan cara menyusupinya dengan olahraga atau latihan fisik.  Cara ini sebenarnya  sudah dipakai oleh para ahli beladiri  ratusan tahun yang silam untuk mrningkatkan kemampuan fisiknya.  Tentunya kita pernah melihat film Kung fu Shaolin, dimana para biksunya tengah asyik bekerja memindahkan air  dari sungai ke dapur (biara mereka) dengan menggunakan gentong  yang jarak antara biara dan sungai sangat jauh.  Tentunya aktivitas ini dilakukan selain untuk kebutuhan mereka akan air di Biara dan juga untuk melatih kekuatan otot-otot tangan mereka.  Film tersebut adalah refleksi dari kejadian nyata dimasa lalu tentang kehidupan para biksu Shaolin. 
Biksu Shaolin yang sedang membawa air
  Di Okinawa  pada zaman dahulunya para Karateka juga  berlatih memamfaatkan alat untuk bekerja sambil berlatih fisik seperti  mengangkat kendi  besar yang berisi air yang berfungsi untuk melatih cengkraman jari-jari tangannya agar kuat sambil dia membawa air. Alat lain  seperti sandal yang berat (pemberat kaki) juga banyak dipakai para ahli beladiri Okinawa untuk melatih fisik seperti berjalan jauh dan mendaki anak tangga yang banyak sambil melakukan aktivitas pekerjaan mereka. Nah bagaimana dengan kita di zaman modern ini melakukannya? Olahraga fisik bagi kaum sibuk bisa dengan mendaki anak tangga yang tinggi. Mungkin anda terbiasa ke ruangan kantor anda dengan menggunakan Lift (elevator) tetapi jika anda ingin menggembleng fisik anda tentunya anda memilih menggunakan tangga saja, apalagi menaiki tangga tersebut dengan berlari atau sprint, tentunya akan lebih baik lagi. Di rumah anda  diharuskan berhubungan dengan benda-benda berat, misalnya anda diharuskan  untuk  membawa galonan air, kenapa tidak digunakan saja untuk melatih fisik anda? Anda diharuskan un tuk mengasuh balita, kenapa tidak digunakan saja untuk melatih fisik anda? Menggendongnya melalui tangan dan kaki sebenarnya melatih kekuatan otot-otot tubuh juga.
  Mendorong mobil dan lain sebagainya. Ketika anda  sedang mengetik di lap top atau note book  anda, sebenarnya anda dapat melatih kekuatan kuda-kuda anda dengan melakukan kuda-kuda Kibadachi (kuda-kuda rendah sejajar ). Anda melakukan ini tentunya tanpa duduk di kursi, ini dapat melejitkan kemampuan Karate anda.  Tulisan ini tidak menjabarkan seluruh teknik-teknik latihan fisik yang disusupi  dalam  kesibukan sehari-hari secara detail, tapi hanya sekedar memberikan konsep saja dan contoh seadanya. Anda harus banyak berimprovisasi  kira-kira aktivitas kesibukan mana yang bisa bermamfaat untuk melakukan latihan fisik Karate. Anda harus benar-benar jeli dan kreatif dalam menganalisa setiap kesibukan sehari-hari anda agar latihan fisik Karate dapat terus berjalan  setiap hari. Oke sekian tips dari saya, selamat melakukan aktivitas sehari-hari dan selamat berlatih Karate. 

Artikel ini ditulis oleh Karate Harmony  sendiri.

Kamis, 13 Desember 2012

7 Alasan Penting Berlatih Kihon secara Konsisten


 Kihon adalah suatu gerakan dasar dalam Karate atau unsur  terkecil sebagai dasar dari terbentuknya suatu teknik,  yang biasanya berupa   dari rangkaian dari beberapa buah teknik terkecil tadi.  Dalam Pencak Silat Kihon bisa disamakan dengan istilah jurus Tunggal. 
Sebelum dan sehabis pulang kerja biasanya Penulis meluangkan waktu untuk latihan Karate di rumah  selama 1 jam lamanya (total latihan rata-rata 2 jam perhari). Lumayan toh untuk  orang sibuk seperti saya hehehe..  Biasanya sore itu penulis mengawali latihan dengan berlatih Kihon selama kurang lebih 30 menit.  Tapi entah kenapa sepertinya  hari itu penulis malas sekali untuk berlatih Kihon, penulis ingin langsung beralih ke latihan teknik –teknik baru yang Penulis sukai dan penulis memang penasaran akan teknik-teknik tersebut.  Baru terlintas pikiran yang demikian tiba-tiba sayup-sayup terdengan suatu obrolan seorang bocah laki-laki dengan ayahnya yang dapat benar-benar mengubah niat saya sebelumnya untuk tidak melakukan latihan Kihon sore itu. Begini percakapannya:
Anak :  ”Yah kenapa aku selalu diberi PR oleh bu Guru tentang hitung-hitungan terus, padahalkan aku jago Matematika , apa enggak ada yang lain, aku bosan yah !!!
Ayah :  ”PR hitung-hitungan sebenarnya untuk melatih keterampilan kamu agar mahir dan semakin menjadi lebih pintar, karena berlatih hitung-hitungan adalah dasar dari modal kamu untuk memecahkan soal-soal Matematika yang lebih sulit lagi.” Katanya kamu mau jadi seorang insinyur yang pandai membuat mesin-mesin canggih? Jika kamu mau menjadi seorang insinyur, maka hitung-hitungan adalah makanan mereka sehari-hari, mereka harus pandai dalam hal ini dulu sebelum dapat memecahkan persoalan lain yang lebih rumit lagi.
Anak  :  ”Oh gitu ya Yah, emang cita-citaku kepingin menjadi insinyur yang sukses, baiklah kalo begitu saya akan mengerjakan seluruh latihan hitung-hitungan yang ditugaskan oleh bu guru dengan baik.
Percakapan itu membuat saya terenyah. Tiba tiba saya teringat kata-kata Senpai saya dahulu, waktu saya baru mulai belajar Karate, tentang pentingnya latihan Kihon untuk semua tingkatan atau jenjang Para Karateka. Menurut Senpai saya  ada 7 mamfaat penting dari latihan Kihon berulang-ulang yaitu:

  • Melatih Kihon  sebenarnya adalah memperkuat, meningkatkan, dan mempertahankan   daya reflek, kekuatan,  anggota tubuh yang akan digunakan untuk senjata membeladiri.
  • Memperkuat, meng efisienkan, dan mempertajam focus tenaga yang digunakan untuk memukul , menangkis  maupun menendang
  • Memantapkan koordinasi gerakan bagian-bagian tubuh yang akan digunakan sebagai senjata dan perisai (menangkis).
  • Mempertajam gerakan dasar, sehingga dapat bekerja dengan baik (lebih cepat, berirama , stabil, dan yang paling penting mempunyai bentuk yang benar sehingga dapat menghindari cedera).
  • Menyempurnakan gerakan-gerakan teknik dan Kata, apabila Kihon tersebut digabungkan menjadi rangkaian teknik atau kata. Ibaratkan Kata adalah sebagai busur panah, sedangkan anak panah, berikut ujungnya yang runcing  dan kuat adalah Kihonnya. Sebuah alat panah tidak dapat menghasilkan tembakan yang menghasilkan damage yang besar (menusuk Kijang) jika anak panahnya tidak kuat (keras) , atau gampang patah, misalnya anak panahnya terbuat dari lidi tipis maka sebelum dia menembus kulit kijang, tentunya anak panah tersebut akan hancur ketika mengenai kulitnya, tetapi bila anak panahnya kuat (terbuat dari kayu jati atau besi) maka kulit rusa atau kijang, bahkan tulangnyapun dapat tertembus oleh anak panah tadi. Bisa dibayangkan kalau Kihon kita begitu powerful  dan jika  dirangkaikan menjadi sebuah gerakan Kata maka yang dapat terlihat dan rasakan adalah seperti mempunyai sebuah alat/ mesin  senjata  dashyat yang paling mematikan dan  efisien.
Secara Psikologis keuntungan berlatih Kihon adalah :

  • Dengan berlatih kihon berulang-ulang maka sebenarnya mengingatkan kita pada waktu pertama kali kita mulai belajar Karate. Saat-saat itulah yang membuat kita sangat antusias sekali terhadap Karate. Oleh karena itu mamfaat secara psikologis berlatih Kihon secara berulang-ulang adalah untuk mengingatkan diri kita agar selalu mawas diri agar tidak sombong, selalu rendah hati dan selalu konsisten dalam berlatih.
  • Latihan Kihon adalah menu wajib sebelum kita beralih ke Latihan inti, jadi mamfaatnya secara psikologis disini adalah mendidik kita supaya selalu suka bekerja keras, konsisten, disiplin dan pantang menyerah.


Akhirnya sore itu saya lewati dengan melakukan latihan Kihon dahulu, sebelum akhirnya melakukan latihan-latihan yang lain, sama seperti hari-hari sebelumnya atau kebiasaan yang penulis lakukan sebelumnya. 


Artikel ini ditulis oleh Karate Harmony sendiri.