Senin, 20 September 2010

Idealisme latihan Karate ala Kyokushin

[Karate] Kyokushin Uchideshu
“Uchideshu” dalam bahasa Jepun kalau ditinjau dari sudut nahwu dan balaghah nya bermakna “rumah”. Bila diterjemah bebas “Kyokushin Uchideshu” bisa bermakna “murid mondok” atau murid yang mondok dan berlatih di rumah (honbu/dojo pusat) kyokushin.

Program “kyokushin ucideshu” atau murid mondok ini dilaksanakan oleh Sosai Masutatsu Oyama di dojo pusat/honbu di Tokyo dalam rangka mewujudkan salah satu dari 11 Motto Masutatsu Oyama yaitu motto ke-6 yang berbunyi, “Jalan Seni Beladiri dimulai setelah 1,000 hari latihan dan dapat dikuasai setelah 10,000 hari latihan”. Sosai Masutatsu Oyama sendiri awalnya pernah menyepi dan berlatih dengan keras di pegunungan selama kurang lebih 16 bulan. Untuk mengetahui lebih jauh mengenai isi 11 Motto dari Masutatsu Oyama bisa tengok Un Off Site Kyokushin Karate Indonesia pada menu 11 Motto.

Jadi menurut Sosai Masutatsu Oyama, bahwa setelah berlatih 1,000 hari dengan minimum latihan 6 jam per hari, barulah jalan seni beladiri di mulai. Maka bisa dibayang kualitas rata-rata latihan beladiri masyarakat pada umumnya tak terkecuali di Jepun yang hanya 2 kali dalam seminggu dengan lama latihan 2 jam. Jadi bisa dihitung dalam seminggu hanya menempuh latihan 4 jam, 1 bulan 16 jam, dan 1 tahun = 52 minggu maka akan ketemu 208 jam latihan. Itupun dengan catatan dalam 1 tahun tidak pernah absen. Jadi kalau dihitung berdasarkan program latihan dari Sosai Masutatsu Oyama 208 jam/6 jam maka akan ketemu sekira 35 hari latihan saja.

Dalam program kurikulum reguler kyokushin, dari kyu-9 (sabuk putih) sampai kyu-3 (hijau strip) rata-rata dalam setiap tingkatnya harus menempuhi 4 bulan atau 16 minggu dikalikan 4 jam/minggu atau setara dengan 64 jam latihan. Dan kalau dibanding dengan program uchideshu maka setara dengan 10 – 11 hari latihan saja.

Program uchideshu yang dicanang oleh Sosai Masutatsu Oyama di dojo pusat/honbu dalam setiap harinya murid melahap 6 jam latihan dengan dibagi menjadi 3 kali latihan dengan masing-masing latihan 2 jam, yaitu pukul 10.00 – 12.00, pukul 15.00 – 17.00, dan pukul 19.00 – 21.00. Dalam 2 jam latihan, biasanya terdiri dari latihan dasar (kihon) yang wajib dilakukan dan selanjutnya bisa bervariasi antara latihan Kata (Jurus), Fisik, atau Kumite (Pertarungan).

Di awal-awal program ini dicanangkan oleh Sosai Masutatsu Oyama sekitar akhir tahun 1960-an dan awal 1970-an banyak berdatangan murid-murid dari seluruh dunia untuk belajar langsung pada Oyama di dojo honbu. Dan banyak diantara mereka yang tidak kuat dan hanya bertahan dalam hitungan bulan.

Dari program ini Sosai Masutatsu Oyama banyak menghasilkan atlet-atlet yang handal yang banyak menjuarai berbagai turnament International. Kancho Akiyoshi Matsui Chairman IKO Kyokushin sekarang pengganti Masutatsu Oyama pernah menjalani program ini dan selain pernah menjuarai Turnament di Jepun juga menjadi Juara 3 pada World Open Tournament tahun 1984, dan Juara 1 pada World Open Tournament tahun 1987.

Fransisco Filho dari Brazil tercatat juga pernah menjalani program ini. Filho mulai berdomisili di Jepun sekira tahun 1990-an dan aktif melatih dan berlatih di dojo honbu. Prestasi yang pernah diraihnya antara lain Juara 3 pada World Open Tournament tahun 1995, dan Juara 1 pada World Open Tournament tahun 1999, serta Juara 1 K-1 Grandprix Tahun 1997 yang di partai Final mengalahkan Andy "samurai with the blue eye" Hugg.

Orang Indonesia yang pernah mengikuti program Uchidesh adalah Shihan Nardi T. Nirwanto, pendiri Kyokushin Indonesia yang berlatih langsung di bawah Sosai Masutatsu Oyama di dojo honbu selama 6 bulan. Jadi kalau dihitung taruhlah kalau dalam satu minggu libur 1 hari, maka dalam satu bulan menempuhi 26 hari latihan, dan selama 6 bulan Shihan Nardi sudah menempuhi 26 x 6 = 156 hari latihan. Dan pada saat mengikut program ini Shihan Nardi sudah ada menyandang tingkatan Dan III (mohon diralat kalau saya salah).

Pengalaman Shihan Nardi dalam mengikut program ini boleh ditengok di website rasminya PMK Kyokushinkai Karate-Do Indonesia. Dan salah satu murid Shihan Nardi yaitu Shihan JB. Sujoto yang kemudian mendirikan organisasi sendiri yaitu Kyokushin Karate Indonesia tercatat beberapa kali mengikut special training dan berlatih langsung ke Jepun di bawah asuhan Sosai Masutatsu Oyama, akan tetapi tidak menempuhi waktu yang lama, hanya dalam hitungan minggu saja.

Dari paparan di atas kiranya bolehlah kita perbandingkan dengan kondisi kita di sini, sudah sejauh mana sebenarnya posisi kita dalam seni beladiri. Kondisi dalam Uchideshu mungkin bisa disetarakan dengan atlet yang sedang menjalani pelatnas dimana dalam seharinya bisa melahap 5 – 6 jam latihan.

Dan kondisi ini penulis yakin sangatlah sulit dilakukan oleh kebanyakan dari kita yang majority pekerja atau pelajar/mahasiswa. Jadi memang untuk menjadi profesional dituntut ketekukan dan pengorbanan waktu, tenaga dan biaya bahkan sekolah atau cita-cita masa depan. Dan kondisi ini pula yang membuat prestasi olah raga kita pada umumnya tidak beranjak maju, kerana para atlet selain harus latihan keras juga harus berkutat dengan masalah ekonomi dan masa depan yang kurang mendapat perhatian dari yang berkepentingan.

diambil dari situs mixedfighting.blogspot.com dengan judul artikel "(karate) Kyokushin Uchideshu

2 komentar:

  1. kunjugi juga blog saya program latihan karate kumite.

    http://simbolonbermanhot.blogspot.com

    BalasHapus
  2. Mungkin kalau kita bikin sistem pesantren hal itu dapat kita laksanakan Mas, mendidik siswa dari sisi fisik dan akademik

    BalasHapus